Badan Pusat StatistikBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik

Akurasi Data Jagung Menuju Swasembada

Akurasi Data Jagung Menuju Swasembada

14 Desember 2020 | Kegiatan Statistik Lainnya


Jakarta - Jagung saat ini telah menjadi komoditas menarik dan strategis kedua setelah padi. Potensi dan prospeknya cukup bagus karena masih banyak lahan kering yang masih bisa ditanami. Di samping itu potensi pasarnya juga menjanjikan sebagai komoditas perdagangan nasional maupun internasional. 

Selain menjanjikan masih banyak permasalahan yang melingkupi komoditas ini, mulai dari validitas data, jalur distribusi perdagangan, upaya peningkatan produksi, hingga daya dukung produksi jagung terhadap industri. 

Permasalahan inilah yang dibahas dalam FGD Jagung dengan tema “Akurasi Data Jagung Dalam Mendukung Swasembada: Tantangan dan Jalan Keluar,” yang diselenggarakan Kedeputian Statistik Produksi BPS, di Hotel Grand Mercure, Jakarta (1/12). 

Hadir beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya, Prof. Dwi Andreas Santosa (Guru Besar IPB dan Pengamat Pertanian), Maxdeyul Sola (Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional), Desianto Budi Utomo (Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak), Kadarmanto (Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan/STPHP, BPS) serta Sigit Setiawan (Kasubdit Jagung dan Serealia lainnya, Kementerian Pertanian RI) dan Jarot Indarto (Kasubdit Bidang Pangan, Bappenas), dengan moderator Hermanto (Statistisi Utama BPS).

Dalam keynote speech nya , Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan bahwa permasalahan data jagung terletak pada adanya perbedaan perhitungan produktivitas, terutama kadar air jagung. Data yang disajikan saat ini kemungkinan tidak sama dengan yang direkomendasikan oleh USDA, dan FAO. “Saat ini BPS daerah saya minta untuk mengkaji ulang tentang kadar air ini," ujarnya. 

Lebih lanjut Habibullah mengatakan BPS akan merilis data produksi jagung pada bulan Mei 2021 menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). 
Sementara itu, Prof Andreas mengatakan bahwa telah terjadi perbedaan data yang signifikan antara data pemerintah dengan hasil kajian akademisi. Di samping itu adanya pola multi cropping di Indonesia yang juga menyulitkan dalam mengestimasi produksi jagung. “Tapi saya yakin dengan metode yang dikembangkan BPS paling tidak bisa mendekati kenyataan yang ada,” pungkasnya 

Di sisi lain, Sigit Setiawan mengatakan bahwa beberapa upaya tengah dilakukan untuk menuju swasembada jagung nasional, yaitu melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi. Di samping juga dukungan infrastruktur melalui alokasi dana APBN. "Pemerintah saat ini sedang berupaya agar bisa swasembada jagung serta menjadi lumbung pangan dunia" ujar Sigit. 

Direktur STPHP BPS, Kadarmanto mengatakan bahwa BPS akan memberikan sumbangan baru terhadap upaya perbaikan data produksi jagung, termasuk data hilirisasi yaitu melaui Survei Pertanian Terintegrasi (Survei Agris) yang akan dilaksanakan tahun 2021. Sitasi ini diharapkan akan melengkapi informasi yang tidak bisa disajikan oleh KSA.

Rekaman FGD dapat diakses melalui link youtube dibawah ini 
https://s.bps.go.id/LiveFGDJagung
Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS - Statistics Indonesia) Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710 Indonesia

Telp (62-21) 3841195

3842508

3810291

Faks (62-21) 3857046

Mailbox : bpshq@bps.go.id

logo_footer

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik