Bandung - Hampir enam ratus punggawa statistik sosial dari BPS
provinsi, kabupaten, dan kota dikumpulkan di Kota Kembang. Terbagi dalam dua
lokasi, mereka akan digembleng selama kurang lebih delapan hari dalam Pelatihan
Instruktur Nasional (Innas) Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Susenas adalah penyuplai 55 dari 183 indikator SDGs. Hampir
setiap tahun selalu ada hal baru dari Susenas.
Tahun 2018 lalu, Susenas berhasil integrasi dengan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang dilakukan oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan. Tahun ini,
Susenas akan diintegrasikan dengan Studi Status Gizi Balita (SSGB) untuk
menyuplai kebutuhan data stunting di Indonesia. Tak hanya itu, Susenas bulan
September 2019 akan menjadi survei khusus untuk pemenuhan indikator SDGs.
“Selalu hadirkan rasa cinta dalam bekerja, supaya hasilnya
maksimal," gurau Gantjang Amannullah, Direktur Statistik Kesejahteraan
Rakyat BPS ketika memotivasi para peserta Pelatihan Innas Susenas di Hotel
Papandayan (16/1). Kualitas data memang selalu ditekankan dalam setiap
pelatihan sensus atau survei di BPS.
Sementara itu di El Royale Hotel, Nurma Midayanti,
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS memaparkan beberapa hal
baru yang ada di Sakernas tahun ini. Ada pertanyaan dalam kuesioner Sakernas
yang dikurangi dalam rangka penyederhanaan. Akan tetapi, untuk mengakomodir
adanya fenomena ekonomi digital, muncul rincian pertanyaan baru. Senada dengan
Gantjang, Nurma pun menekankan pentingnya menjaga kualitas data kepada para
peserta. “Output survei ini adalah angka pengangguran yang sering kali menjadi
polemik di masyarakat, maka penting sekali bagi kita untuk mengawal
kualitasnya,” tutur Nurma.