Kinerja Positif Neraca Perdagangan Indonesia - Berita dan Siaran Pers - Badan Pusat Statistik Indonesia
Badan Pusat StatistikBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik

Tabel Publikasi Indikator Ekonomi telah tersedia dalam bentuk Tabel Statistik yang dapat diakses pada Menu Produk > Direktori. Klik disini untuk mengakses laman tersebut.

Kinerja Positif Neraca Perdagangan Indonesia

Kinerja Positif Neraca Perdagangan Indonesia

1 Juli 2025 | Kegiatan Statistik Lainnya


Jakarta, (1/7)- Kinerja positif neraca perdagangan Indonesia kembali berlanjut. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus  US$15,38 miliar sepanjang periode Januari hingga Mei 2025, atau naik US$2,32 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu. Indonesia telah mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Secara rinci,nilai ekspor sepanjang Januari-Mei 2025 tercatat US$111,98 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$96,60 miliar.

”Surplus sepanjang Januari–Mei 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$23,10 Miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$7,72 Miliar ”, ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Jakarta.  

Nilai ekspor Januari-Mei 2025 naik 6,98 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pudji menjelaskan, peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar US$88,60 miliar, atau naik 16,53 persen.

Kinerja positif sejumlah komoditas unggulan masih berlanjut sepanjang Januari-Mei 2025. Ekspor besi dan baja capai US$11,61 miliar, naik 11,02 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya naik 27,89 persen menjadi US$8,90 miliar. Namun, tak semua komoditas unggulan mencatat kinerja positif. Ekspor batubara turun 19,10 persen menjadi US$10,26 miliar. ”Total ketiganya memberikan share sekitar 29,01% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari–Mei 2025”, jelas Pudji.

Pudji melanjutkan, ”Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India. Share ketiga negara ini sekitar 41,17 persen dari total ekspor non migas Indonesia pada Januari-Mei 2025”.  Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas non migas Indonesia dengan nilai mencapai US$24,25 miliar (22,87 persen), disusul Amerika Serikat sebesar US$12,11 miliar (11,42 persen) dan India sebesar US$7,28 miliar (6,87 persen). Ekspor ke Tiongkok didominasi oleh besi dan baja, bahan bakar mineral, serta produk nikel. Sementara ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesorisnya.

Dari sisi impor, nilai impor Indonesia pada Januari-Mei 2025 mencapai US$96,60 miliar atau meningkat 5,45 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang utama masih berasal dari sektor non migas, dengan nilai impor US$82,96 miliar, naik 7,92 persen. Sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan sebesar 7,44 persen menjadi US$13,64 miliar. Dilihat dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada bahan baku atau penolong, serta barang modal. ”Nilai impor barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai US$18,82 miliar atau naik 17,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu”, rinci Pudji.

Sepanjang periode Januari-Mei 2025, Tiongkok menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan nilai US$33,12 miliar (39,92 persen), diikuti Jepang sebesar US$6,31 miliar (7,61 persen),  dan Singapura sebesar US$3,89 miliar (4,69 persen). Impor dari Tiongkok didominasi oleh mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

Surplus perdagangan nonmigas sepanjang lima bulan pertama tahun ini sebagian besar ditopang oleh lima komoditas utama, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (US$12,44 miliar), bahan bakar mineral (US$11,51 miliar), besi dan baja (US$7,53 miliar), produk nikel (US$3,33 miliar), serta alas kaki (US$2,05 miliar).

Dari sisi negara mitra, periode Januari-Mei 2025, Indonesia mencatat surplus perdagangan nonmigas tertinggi dengan Amerika Serikat (US$8,28 miliar), India (US$5,32 miliar), dan Filipina (US$3,69 miliar). Komoditas penyumbang surplus terbesar dengan Amerika Serikat adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, alas kaki, dan pakaian dan aksesorisnya.

Sebaliknya, masih pada periode Januari-Mei 2025, defisit terdalam perdagangan non migas tercatat dengan Tiongkok (US$8,87 miliar), Australia (US$1,93 miliar), dan Brasil (US$676,4 juta). Defisit terbesar dengan Tiongkok disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, dan kendaraan dan bagiannya.

Untuk bulan Mei saja, nilai ekspor mencapai US$24,61 miliar, naik 9,68 persen dibanding Mei 2024. Sementara nilai impor mencapai US$20,31 miliar, naik 4,14 persen dibanding Mei 2024.


Terjadi inflasi pada bulan Juni 2025

BPS mencatat pada bulan Juni 2025 terjadi inflasi sebesar 0,19 persen (m-to-m). ”Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 108,07 pada Mei 2025 menjadi 108,27 pada Juni 2025”, jelas Pudji.  Kondisi ini berbeda dibandingkan Juni 2024, dimana terjadi deflasi sebesar 0,08 persen. Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 1,87 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,38 persen.

Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,46 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,13 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga pada Juni 2025 mengalami inflasi sebesar 0,09 persen dan memberikan andil inflasi 0,02 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi 0,33 persen dan memiliki andil inflasi 0,02 persen.

”Berdasarkan komponen, inflasi bulan Juni 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen harga bergejolak dengan andil inflasi sebesar 0,13 persen”, jelas Pudji. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah beras, cabai rawit, bawang merah, dan tomat. Selanjutnya, komponen inti memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen, dengan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan.  Sedangkan komponen harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen, dengan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan sigaret kretek mesin (SKM).

Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 26 provinsi mengalami inflasi dan 12 provinsi lainnya mengalami deflasi. ”Inflasi tertinggi terjadi di Maluku, yaitu sebesar 0,97 persen. Sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua Pegunungan, yaitu sebesar 1,50 persen", lanjut Pudji.


Nilai Tukar Petani naik

BPS turut mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Juni 2025 yang mencapai 121,72, atau naik 0,47 persen dibanding Mei 2025. ” Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,70 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,23 persen”, ujar Pudji.  Selain itu, BPS juga mencatat kenaikan rata-rata harga beras baik ditingkat penggilingan, grosir maupun eceran, masing-masing sebesar 2,05 persen, 1,78 persen dan, 1,00 persen (m-to-m). 


Produksi beras diperkirakan meningkat

BPS mengumumkan bahwa realisasi luas panen padi pada bulan Mei 2025 mencapai 0,98 juta hektare. Angka ini turun 22,13 persen dibanding Mei 2024 (1,26 juta hektare). ”Penurunan luas panen ini diikuti oleh penurunan produksi padi. Diperkirakan produksi padi pada Mei 2025 mencapai 4,98 juta ton GKG, atau turun 22,74 persen dibandingkan Mei tahun lalu”, ungkap Pudji. Selanjutnya, Pudji menjelaskan bahwa produksi beras untuk konsumsi pangan masyarakat pada Mei 2025 diperkirakan mencapai 2,87 juta ton, atau turun 22,65 persen dibandingkan Mei tahun lalu.

Pudji menambahkan, ”Potensi luas panen padi 3 bulan setelahnya (Juni–Agustus 2025) diperkirakan mencapai 2,77 juta hektare atau mengalami kenaikan seluas 0,32 juta hektare, atau sekitar 13,05 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya”. Dengan demikian, potensi luas panen padi periode Januari-Agustus 2025 diperkirakan mencapai 8,24 juta hektare, atau meningkat seluas 0,96 juta hektare (13,22 persen) dibandingkan Januari-Agustus 2024.

Selain itu, BPS juga memperkirakan produksi beras periode Juni–Agustus 2025 mencapai 8,09 juta ton, atau naik 13,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. ”Produksi beras untuk periode Januari-Agustus 2025 sendiri diperkirakan meningkat, yaitu mencapai 24,97 juta ton beras, atau naik 14,09 persen dibandingkan periode Januari-Agustus  2024”, jelas Pudji. Pudji menekankan bahwa angka realisasi bisa lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan angka potensi, bergantung pada kondisi pertanaman padi sepanjang Juni-Agustus tahun ini.​


Kunjungan wisatawan mancanegara meningkat

Angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Mei 2025 tercatat mencapai 1,31 juta kunjungan atau naik 14,01 persen dibandingkan Mei 2024 yang sebanyak 1,15 juta kunjungan. ”Secara kumulatif sepanjang Januari hingga Mei 2025, total kunjungan wisman mencapai 5,63 juta kunjungan, atau meningkat 7,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024”, ungkap Pudji. Pudji selanjutnya merinci bahwa kunjungan wisman pada Mei 2025 paling banyak dilakukan oleh  wisatawan berkebangsaan Malaysia (18,26 persen), Australia (11,31 persen), dan Singapura (9,68 persen).

Indikator pariwisata selanjutnya yang dirilis oleh BPS adalah jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus), yang pada Mei 2025 tercatat mencapai 97,67 juta perjalanan, atau naik 17,81 persen dari Mei 2024. Dari angka jumlah perjalanan tersebut, 72,31 persen atau 70,63 juta perjalanan diantaranya merupakan perjalanan antar kabupaten atau kota di dalam provinsi (intra). Sedangkan jumlah perjalanan antar kabupaten atau kota antar provinsi (inter) mencapai 27,04 juta perjalanan (27,69 persen). ”Secara kumulatif, sepanjang Januari sampai Mei 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 508,67 juta perjalanan, atau meningkat 16,13 persen dibanding periode yang sama tahun lalu”, jelas Pudji.

Selanjutnya, pada Mei 2025,  wisatawan Indonesia yang berkunjung ke luar negeri atau wisatawan nasional (wisnas) mencapai 585,8 ribu perjalanan, atau turun 6,52 persen dibandingkan Mei 2024. Secara kumulatif, hingga Mei 2025, jumlah perjalanan wisnas mencapai 3,84 juta perjalanan, naik 7,63 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.


Jumlah penumpang di sejumlah moda transportasi meningkat

BPS mencatat, pada Mei 2025 jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat mencapai 4,54 juta orang, turun 14,19 persen dibandingkan Mei 2024. Sementara itu, jumlah keberangkatan penumpang angkutan udara internasionalmencapai 1,76 juta orang, atau naik 9,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan keberangkatan penumpang juga terjadi pada moda kereta dan angkutan laut domestik. Jumlah penumpang kereta yang berangkat tercatat 45,08 juta orang, naik 8,01 persen dibandingkan Mei 2024. Sedangkan penumpang angkutan laut domestik mencapai 2,57 juta orang, atau naik 17,26 persen dibandingkan tahun lalu.


Narahubung Media

Eko Rahmadian

Badan Pusat Statistik 

[email protected]

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik(BPS - Statistics Indonesia)

Jl. Dr. Sutomo 6-8

Jakarta 10710 Indonesia

Telp (62-21) 3841195; 3842508; 3810291

Faks (62-21) 3857046

Mailbox : [email protected]

logo_footer

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik